1.
ANATOMI SISTEM KARDIOVASKULER
Jantung
terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada diantara kedua paru. Terdapat
selaput yang mengitari jantung yang disebut perikardium, terdiri dari dua
lapisan:
1. Perikardium
parietalis : lapisan luar melekat pada tulang dada dan paru
2. Perikardium
viseralis : lapisan permukaan jantung atau epikardium
Diantara kedua lapisan ini terdapat cairan
perikardium. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah
atas (atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel)
yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka
ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan
keluar.
A. STRUKTUR JANTUNG
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan :
1. Lapisan luar (Epikardium)
2. Lapisan tengah (Miokardium)
3. Lapisan dalam (Endokardium)
B. RUANG – RUANG JANTUNG
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 berdinding tipis disebut atrium (serambi) dan 2 berdinding tebal disebut ventrikel (bilik)
A. STRUKTUR JANTUNG
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan :
1. Lapisan luar (Epikardium)
2. Lapisan tengah (Miokardium)
3. Lapisan dalam (Endokardium)
B. RUANG – RUANG JANTUNG
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 berdinding tipis disebut atrium (serambi) dan 2 berdinding tebal disebut ventrikel (bilik)
1.
Atrium
a)
Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah
oksigen dari seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan
melalui katub dan selanjutnya ke paru.
b)
Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari
kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel
kiri melalui katub dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua atrium
dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
atrium.
2.
Ventrikel
Merupakan alur alur otot yang disebut trabekula. Alur yang menonjol disebut muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan dengan tepi daun katub atrioventrikuler oleh serat yang disebut korda tendinae.
Merupakan alur alur otot yang disebut trabekula. Alur yang menonjol disebut muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan dengan tepi daun katub atrioventrikuler oleh serat yang disebut korda tendinae.
a)
Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan
dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.
b)
Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan
dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat
yang disebut septum ventrikel.
C. KATUP KATUP JANTUNG
C. KATUP KATUP JANTUNG
1.
Katup Atrioventrikuler
Terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup (trikuspid). Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup (Mitral). Memungkinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel pada fase diastole dan mencegah aliran balik pada fase sistolik.
Terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup (trikuspid). Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup (Mitral). Memungkinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel pada fase diastole dan mencegah aliran balik pada fase sistolik.
2.
Katup Semilunar
a)
Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan
memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan.
b)
Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup
ini mempunyai bentuk yang sama terdiri dari 3 buah daun katup yang simetris. Hanya
katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri
selama sistole dan mencegah aliran balik pada waktu diastole. Pembukaan katup
terjadi pada waktu masing-masing ventrikel berkontraksi, dimana tekanan
ventrikel lebih tinggi dari tekanan didalam pembuluh darah arteri.
D. DENYUT JANTUNG
D. DENYUT JANTUNG
Jantung
dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Kecepatan denyut jantung terutama
ditentukan oleh pengaruh otonom pada nodus SA. Jantung dipersarafi oleh kedua
divisi sistem saraf otonom, yang dapat memodifikasi kecepatan (serta kekuatan)
kontraksi, walaupun untuk memulai kontraksi tidak memerlukan stimulasi saraf.
Kontraksi
jantung disebut sistole sedangkan
relaksasi jantung atau pengisian darah pada jantung disebut diastole. Irama jantung dimulai dari
pacemaker (NSA) dengan impuls 60-80 kali/menit. Semua bagian jantung dapat
memancarkan impuls tersendiri tetapi dengan frekuensiyang lebih rendah. Bagian
jantung yang memancarkan impuls diluar NSA disebut focus ektopik yang menimbulkan perubahan irama jantung yang disebut aritmia.
Aritmia
dapat disebabkan oleh hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit, kafein, nikotin
karena hal tersebut dapat menyebabkan fokus ektopik kontraksi diluar kontraksi
dari nodus NSA. Jika terjadi hambatan aliran impuls dari NSA menuju NAV maka
impuls syaraf akan timbul dari nodus NAV dengan frekuensi yang lebih rendah
yaitu sekitar 40-50 kali/menit. Jika ada hambatan pada bundle his atau serabut
bundle kanan dan kiri maka otot jantung akan kontraksi dengan iramanya sendiri
yaitu 20-30 kali/menit. Denyut jantung 20-30 kali/menit tidak dapat
mempertahankan metabolisme otot.
E. STRUKTUR DAN KARAKTERISTIK ARTERI, VENA, KAPILER
E. STRUKTUR DAN KARAKTERISTIK ARTERI, VENA, KAPILER
Pembuluh
darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang mengangkut darah ke seluruh
tubuh. Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri, kapiler, dan vena.
1. Pembuluh Arteri (Nadi)
Pada saat
jantung berkontraksi (sistol), darah akan keluar dari bilik menuju pembuluh
nadi (arteri), sehingga arah aliran darah dalam arteri meninggalkan jantung.
Pembuluh ini tebal, elastis (diameternya dapat berubah sesuai kebutuhan) hal
tersebut berfungsi untuk menjaga aliran darah konstan dan tidak tersendat.
Pembuluh
tersebut memiliki sebuah katup yang disebut valvula semilunaris yang berada tepat di luar jantung. Letak
pembuluh nadi di dalam permukaan kulit, namun denyutnya masih dapat
dirasakan. Tekanan darah di dalamnya kuat, sehingga jika terluka darahnya
memancar. Warna darah yang diangkutnya adalah merah segar. Darah dalam arteri
kaya akan O2, kecuali arteri paru-paru.
Pembuluh nadi tersusun atas tiga
lapis jaringan, yaitu :
a.
Lapisan pertama, berupa jaringan ikat yang kuat dan
elastis.
b.
Lapisan tengah, berupa otot polos yang berkontraksi
secara tak sadar sehingga dapat menguah diameter pembuluh nadi.
2. Pembuluh
Vena (Balik)
Vena berfungsi untuk mengedarkan darah dari kapiler
menuju jantung. Dindingnya tipis dan kurang elastis. Pembuluh ini memiliki
banyak katup yang berfungsi mencegah darah mengalir kembali ke jantung. Letak
pembuluh vena dekat dengan permukaan kulit, denyutnya tidak dapat
dirasakan. Tekanan darah di dalamnya lemah, sehingga jika terluka darahnya
menetes. Darah yang diangkut mengandung CO2, kecuali vena
pulmonalis. Warna darah yang diangkutnya adalah merah tua. Pembuluh vena yang
masuk ke jantung yaitu :
a.
Vena Cava Superior
Vena ini
membawa darah yang mengandung CO2 dari tubuh bagian atas ke serambi
kanan.
b.
Vena Cava Inferior
Vena ini
membawa darah yang mengandung CO2 dari tubuh bagian bawah ke serambi
kanan.
c.
Vena Pulmonalis
Vena ini
membawa darah yang mengandung O2 dari paru – paru ke serambi kiri
jantung.
3. Kapiler
Pembuluh kapiler merupakan pembuluh yang membentuk
jalinan pembuluh di seluruh jaringan dan menjadi penghubung antara pembuluh
nadi dan pembuluh balik. Fungsinya sebagai tempat difusi oksigen, karbon
dioksida, sari makanan, hormon, dan zat sisa.
F. SIRKULASI FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER
F. SIRKULASI FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER
Lingkaran
sirkulasi dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu sirkulasi sistemik dan
sirkulasi pulmonalis.
a)
Sirkulasi Sistemik
1. Mengalirkan darah ke berbagi organ
2. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda
3. Memerlukan tekanan permulaan yang besar
4. Banyak mengalami tahanan
5. Kolom hidrostatik panjang
1. Mengalirkan darah ke berbagi organ
2. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda
3. Memerlukan tekanan permulaan yang besar
4. Banyak mengalami tahanan
5. Kolom hidrostatik panjang
b)
Sirkulasi Pulmonal
1. Hanya mengalirkan darah ke paru
2. Hanya berfungsi untuk paru
3. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah
4. hanya sedikit mengalai tahanan
5. Kolom hidrostatik pendek
1. Hanya mengalirkan darah ke paru
2. Hanya berfungsi untuk paru
3. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah
4. hanya sedikit mengalai tahanan
5. Kolom hidrostatik pendek
c)
Sirkulasi Koroner
Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen untuk miokardium melalui cabang cabang intar miokardial yang kecil. Aliran darah koroner meningkat pada:
1. Aktifitas
2. Denyut jantung
3. Rangsang sistem syaraf simpatis
Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen untuk miokardium melalui cabang cabang intar miokardial yang kecil. Aliran darah koroner meningkat pada:
1. Aktifitas
2. Denyut jantung
3. Rangsang sistem syaraf simpatis
2. FISIOLOGI
ANATOMI KARDIOVASKULER
Fungsi
sistem jantung adalah mengantarkan oksigen, nutrien, dan substansi lain ke
jaringan dan membuang produk sisa metabolisme seluler melalui pompa jantung,
sistem vaskular sirkulasi, dan integrasi sistem lainnya. (misalnya sistem
pernapasan, pencernaan, dan ginjal) (McCance dan Huether, 1994)
·
Struktur dan Fungsi
Ventrikel
kanan memompa darah melalui sirkulasi pulmonar, sedangkan ventrikel kiri
memompa darah ke sirkulasi sistemik yang menyediakan oksigen dan nutrien ke
jaringan dan membuang sampah dari tubuh. Sistem sirkulasi mensuplai gas
pernapasan, nutrien, dan produk sampah antara darah dan jaringan.
·
Pompa Miokard
Kerja pompa
jantung sangat penting untuk mempertahankan aliran oksigen. Serabut otot
jantung (miokard) memiliki kontraktil yang memungkinkan akan meregang selama
proses pengisian darah. Pada jantung yang sehat, regangan ini secara
proporsional berhubungan dengan kekuatan kontraksi. Saat miokard meregang, maka
kekuatan kontraksi berikutnya akan meningkat. Peristiwa ini dikenal dengan
hukum jantung Frank-Starling (Starling). Pada jantung yang mengalami
gangguan, hukum Starling tidak berlaku karena tegangan miokard diluar batas
fisiologis jantung. Respons kontraktil yang berikutnya mengakibatkan
insufisiensi semprotan vertikular (volume) dan darah mulai terkumpul di
paru-paru (gagal jantung kiri) atau sirkulasi sistemik (gagal jantung kanan)
·
Perubahan Fungsi Pernapasan
Perubahan
dalam fungsi pernapasan disebabkan penyakit dan kondisi-kondisi yang
mempengaruhi ventilasi atau transpor oksigen. Ketiga perubahan primer tersebut
adalah hiperventilasi, hipoventilasi, dan hipoksia.
a)
Hiperventilasi
Merupakan
suatu kondisi ventilasi, yang berlebihan, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi
karbondiaksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme selular. Ini
disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam-basa,
dan hipoksia yang terkait dengan embolus paru atau syok.
Ansietas akut dapat mengarah kepada
hiperventilasi dan menyebabkan kehilangan kesadaran akibat ekshalasi karbon
dioksida yang berlebihan. Demam menyebabkan hiperventilasi. Untuk setiap
peningkatan satu derajat Fahrenheit, terdapat peningkatan kecepatan metabolisme
sebesar 7%, sehingga menyebabkan peningkatan produksi karbon dioksida. Respon
klinis yang dihasilkan ialah peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan.
b)
Hipoventilasi
Terjadi
ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau
mengeliminasi karbondioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar
menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis akan menghasilkan
hipoventilasi. Atelektasis merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran
oksigen dan karbondioksida dalam pernapasan. Karena alveolikolaps, maka paru
yang diventilasi lebih sedikit dan menyebabkan hipoventilasi.
c)
Hipoksia
Merupakan
oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan. Ini disebabkan
akibat defisiensi penghantar oksigen di selular. Hipoksia dapat disebabkan oleh
:
1) Penurunan
kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang membawa oksigen
2) Penurunan
konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3) Ketidakmampuan
jaringan untuk mengambil oksigen dari darah
4) Penurunan
difusi oksigen dari alveoli ke darah
5) Perfusi
darah
6) Kerusakan
ventilasi
Tanda dan
gejala klinis hipoksia termasuk rasa cemas, gelisah, tidak mampu berkonsentrasi,
penurunan tingkat kesadaran, pusing, perubahan prilaku.
d)
Sianosis
Merupakan
suatu perubahan warna kulit dan membran mukosa menjadi kebiruan akibat adanya
hemoglobin yang tersaturasi di kapiler, merupakan tanda hipoksia tahap lanjut.
Ada tidaknya sianosis bukan merupakan alat pengukur status oksigenasi yang
dapat dipercaya. Sianosis pusat, yang terlihat di lidah, palatum mole, dan
konjungtiva mata, tempat alirah darah tinggi, mengindikasikan hipoksemia.
Sianosis perifer, yang terlihat pada ekstremitas, bantalan kuku, dan daun
telinga seringkali merupakan akibat vasokontriksi dan aliran darah yang
mengalami stagnansi.
Hipoksia
merupakan kondisi yang mengancam kehidupan. Apabila tidak ditangani, kondisi
ini menyebabkan disritmia jantung, yang mengakibatkan kematian. Hipoksia
ditangani dengan pemberian oksigen dan mengobati penyebab yang mendasari
hipoksia, seperti obstruksi jalan napas.
3.
ANATOMI SISTEM PERNAFASAN
1.
Hidung
·
Nares
anterior adalah saluran – saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu
bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) Hidung.
Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit.
Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu
kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung.
·
Rongga
hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, bersambung
dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang yang
masuk ke dalam rongga hidung. Hidung berfungsi: penyaring, pelembab, dan
penghangat udara yang dihirup. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi.
Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok
kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran
mukosa. Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui
lubang kedalam cavum nasi, sinus ini berfungsi : memperingan tulang tengkorak,
memproduksi mukosa serosa dan memberikan resonansi suara. Sinus ini juga
dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang
membuka kedalam cavum nasi :
1.
Lubang hidung
2.
Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
3.
Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara
concha superior dan media dan diantara concha media dan inferior
4.
Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
5.
Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada
bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura
nasalis posterior.
2.
Saluran Pernapasan
·
Faring adalah pipa berotot yang berjalan
dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian
tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring) dibelakang
mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring-laringeal)
·
Laring (tenggorokan) terletak didepan
bagian terendah faring yang memisahkannya dari kolumna vertebra. Berjalan dari
faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam trakea
dibawahnya. Laring dilapisi jenis selaput lendir yang sama dengan yang di
trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel epitelium
berlapis. Pita Suara terletak disebelah dalam laring, berjakan dari tulang
rawan tiroid di sebelah depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan
gerakan dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot
laringeal, pita suara ditegangkan atau dikendurkan. Dengan demikian lebar
sela-sela anatara pita-pita atau rima glotis berubah-ubah sewaktu bernapas dan
berbicara.
·
Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9
cm panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra
torakalis kelima dan ditempat ini bercabanf menjadi dua bronkus (bronki).
Trakea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap berupa cincin
tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi
lingkaran di sebelah belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa jaringan
otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan
sel cangkir. Silia ini bergerak menuju keatas ke arah laring, maka dengan
gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut masuk bersama dengan
pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi mempertahankan agar trakea
tetap terbuka; karena itu, disebelah belakngnya tidak bersambung, yyaitu di
tempat trakea menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang.
·
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua
trakea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu
berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri; sedikit lebih tinggi daripada
arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus
atas; cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat dibawah arteri, disebut
bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing daripada
yang kanan, dan berjalan dibawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi
beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
·
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernapasan
utama. Paru-paru mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan
tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur
lainnya yang terletak didalam mediastinum . Paru-paru adalah organ yang
berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi
daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai
rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang
menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampak paru-paru, sisi belakang
yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi
depan jantung.
·
Lobus paru-paru (belahan paru-paru) Paru-paru dibagi
menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan mempunyai tiga
lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah
pipa bronkial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin bercabang. Semakin
menjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, elastis,
berpori, dan seperti spons. Di dalam air, paru-paru mengapung karena udara yang
ada di dalamnya.
·
Bronkus Pulmonaris, trakea terbelah mejadi dua bronkus
utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru. Dalam perjalanannya
menjelajahi paru-paru, bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan beranting
banyak. Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa dengan yang dari
trakea mempunyai dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan tulang rawan dan
dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurang tulang
rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan bersilia.
·
Bronkus Terminalis masuk ke dalam saluran yang disebut
vestibula. Dan disini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan
epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih, dan disinilah darah
hampir langsung bersentuhan dengan udara – suatu jaringan pembuluh darah
kepiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.
Pembuluh Darah dalam Paru-Paru
Arteri
Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari ventrikel
kanan jantung ke paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran
bronkial, bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus; arteriol
itu membelah-belah dan membentuk kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding
alveoli atau gelembung udara.
·
Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa
oksigen ke dalam paru-paru untuk diisi oksigen
·
Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi
oksigen dari paru – paru ke jantung
·
Bronkus yang bercabang dan beranting
membentuk pohon bronkial, merupakan jalan udara utama.
·
Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan
menghantarkan darah arteri ke jaringan paru – paru.
·
Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari
paru-paru ke vena kava superior.
·
Pebuluh limfe, yang masuk keluar paru-paru,
sangat banyak,
·
Persarafan, Paru- paru mendapat pelayanan dari
saraf vagus dan saraf simpati.
·
Kelenjar limfe, semua pembuluh limfe yang
menjelajahi struktur paru-paru dapat menyalurkan ke dalam kelenjar yang ada di
tampak paru-paru.
·
Pleura. Setiap paru-paru dilapisi membran
serosa rangkap dua, yaitu pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru-paru,
masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang lain
4.
FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN
Sebagian
besar Sel dalam tubuh mempeeroleh energi dari reaksi kimia yang melibatkan
oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernapasan terjadi antara
udara dilingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi,
yaitu : ventilasi, perfusi, dan difusi. Supaya pertukaran gas dapat terjadi,
organ, saraf, dan otot pernapasan harus utuh dan sistem saraf pusat mampu
mengatur siklus pernapasan.
·
Struktur dan Fungsi
Pernapasan dapat berubah karena
kondisi atau penyakit yang mengubah struktur dan fungsi paru. Otot-otot
pernapasan, ruang pleura, dan alveoli sangat penting untuk ventilasi, perfusi,
dan pertukaran gas pernapasan.
·
Kerja Pernapasan
Pernapasan
adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru berkontraksi.
Kerja pernapasan ditentukan oleh tingkat kompliansi paru, tahanan jalan napas,
keberadaan ekspirasi yang aktif dan penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
Kompliansi
merupakan kemampuan paru distensi (Dettenmeier, 1992) atau mengembang sebagai
respons terhadap peningkatan tekanan intraalveolar. Kompliansi menurun pada
penyakit, seperti edema pulmonar, interstisial, fibrosis pleura dan kelainan
struktur traumatik atau kongenital, seperti kifosis atau fraktur iga.
Pendekatan
Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigen (Difusi, ventilasi, transportasi,
dan respirasi dalam sel)
Proses bernafas terdiri dari 3
bagian, yaitu :
1. Ventilasi
Ventilasi
merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan keluar paru-paru.
Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan
persarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma.
Diafragma dipersarafai oleh saraf frenik, yaitu keluar dari medulla spinalis
pada vertebra servikal keempat.
Proses
keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara
atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan
volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi ventilasi :
a.
Tekanan udara atmosfir
b.
Jalan nafas yang bersih
c.
Pengembangan paru yang kuat
2.
Difusi
Difusi
merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih
tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan
terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh
ketebalan membran.
Peningkatan
ketebalan membran merintangi proses difusi karena hal tersebut dapat membuat
gas memerlukan waktu lebih lama untuk melewati membran tersebut. Klien yang
mengalami edema pulmonar, infiltrasi pulmonar, atau efusi pulmonar memiliki
ketebalan membran alveolarkapiler yang meningkat akan mengakibatkan proses
difusi yang lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat dan menganggu proses
pengiriman oksigen ke jaringan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi difusi :
a.
Luas permukaan paru
b.
Tebal membran respirasi
c.
Jumlah darah
d.
Keadaan/jumlah kapiler darah
e.
Waktu adanya udara di alveoli
3.
Transportasi
Transpor
yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu
ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 %
oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke
jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan
plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi laju transportasi :
a.
Curah jantung (cardiac Output / CO)
b.
Jumlah sel darah merah
c.
Hematokrit darah
d.
Latihan (exercise)
5.
PROSES OKSIGENASI
Proses pemenuhan kebutuhan
oksigenasi di dalam tubuh terdiri at as tiga tahapan, yaitu: ventilasi, difusi,
dan transportasi.
1.
Ventilasi
Proses ini merupakan proscs keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalem alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Proses ini merupakan proscs keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalem alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a.
Adanya perbedaan twkanan antara atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat, maka twkanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
b.
Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
c.
Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga
alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi
oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat mc:nycbabkan
relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kcmudian kerja saraf
parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi schingga dapat mcnvebabkan vasokontriksi
atau proses penyempitan.
d.
Adanya rcflcks batuk dan muntah.
e.
Adanva peran mukus siliaris scbagai pcnangkal benda
asing yang mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah contpliemce recoil. Complience yaitu kemampuan
paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya
surfaktan pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan dan adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan
gangguan toraks.
2.
Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan
paru.
b. Tebal
membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c. Perbedaan
tekanan dan konsentrasi O„ hal ini dapat terjadi sebagaimana O, dari alveoli
masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O, dalam rongga alveoli lebih tinggi
dari tekanan O, da1am darah vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara
berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam
alveoli.
d. Afinitas gas
yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3.
Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapile;r ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranva:
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapile;r ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranva:
a.
Kardiak output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup
dan frekuensi denyut jantung.
b.
Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.
6.
TANDA DAN GEJALA GANGGUAN OKSIGENASI
Faktor-faktor
yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
1. Saraf Otonomik
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat baik oleh simpatis maupun parasimpatis ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkokonstriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat resoptor adrenergik dan reseptor kolinergik.
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat baik oleh simpatis maupun parasimpatis ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkokonstriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat resoptor adrenergik dan reseptor kolinergik.
2. Hormonal dan Obat
Semua hormon termasuk derivat katekolamin dapat, melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropin, ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran napas (bronkokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.
Semua hormon termasuk derivat katekolamin dapat, melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropin, ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran napas (bronkokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.
3. Alergi pada
Saluran Napas
Baktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat di dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benangsari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. lni menyebabkan bersin. Apahila ada rangsangan di daerah nasal, batuk apabila di saluran napas bagian atas, dan bronkokontriksi terjadi pada asma bronkial, dan jika terletak saluran napes bagian bawah menyebabkan rhinitis.
Baktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat di dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benangsari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. lni menyebabkan bersin. Apahila ada rangsangan di daerah nasal, batuk apabila di saluran napas bagian atas, dan bronkokontriksi terjadi pada asma bronkial, dan jika terletak saluran napes bagian bawah menyebabkan rhinitis.
4. Faktor
Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia organ dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan. Demikian juga setelah anak tumbuh menjadi dewasa kemampuan kematangan organ seiring dengan bertambahnva usia.
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia organ dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan. Demikian juga setelah anak tumbuh menjadi dewasa kemampuan kematangan organ seiring dengan bertambahnva usia.
5. Faktor
Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigen seperti faktor alergi, ketinggian, maupun suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigen seperti faktor alergi, ketinggian, maupun suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.
6. Faktor
Perilaku
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), seperti orang obesitas dapat memengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas yang dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, perilaku merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), seperti orang obesitas dapat memengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas yang dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, perilaku merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, tanda yang muncul seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan karena menurunnya kadar Hb menurunnya difusi O, dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, tanda yang muncul seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan karena menurunnya kadar Hb menurunnya difusi O, dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.
2. Perubahan
Pola Pernapasan
a. Tachypnea
merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi melebihi 24 kali per menit. Proses
ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.
b. Bradypnea
merupakan pola pernapasan yang ditandai dengan pola lambat, kurang lebih 10
kali permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan
intrakranial yang disertai dengan konsumsi obat-obatan narkotika atau sedatif.
c. Hiperventilasi
merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru
agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya
peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya
konsentrasi CO2 dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan karena adanya
infeksi, ketidakseimbangan asam-basa atau gangguan psikologis. Apabila pasien
mengalami hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu berkurangnya CO,
tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan terhadap pusat pernapasan
menurun.
d. Kusmaul
merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang
dalam keadaan asidosis metaholik.
e. Hipoventilasi
merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang
dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya dalam penggunaan
oksigen dengan ditandai adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi
atau ketidakseimbangan eletktrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis,
otot-otot pernapasan lumpuh, depresi pusat pernapasan, tahanan jalan udara
pernapasan meningkat, tahanan jaringan paru dan toraks menurun, compliance
paru, dan toraks menurun. Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat: saat
pernapasan. lial ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam
darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
f. Orthopnea
merupakan keesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola
ini sering, ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
g. Cheyne
stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mulamula naik kemudian
menurun dan berhenti dan kemudian mulai dari siklus baru.
h. Pernapasan
paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru bergerak berlawanan arah
dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan atelektaksis.
i.
Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip
dengan cheyne stokes akan tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering
dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intrakranial yang meningkat,
trauma kepala, dan lain-lain.
j.
Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi
karena pe;nyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus
spasme trakea, atau obstruksi laring.
3. Obstruksi
Jalan Napas
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman pada kondisi pernapasannya terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti CV/1 (cerebro vaskular accident), akibat. efek pengobatan sedatif, dan lain-lain.
Tanda Klinis:
a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b. Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman pada kondisi pernapasannya terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti CV/1 (cerebro vaskular accident), akibat. efek pengobatan sedatif, dan lain-lain.
Tanda Klinis:
a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b. Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.
4. Pertukaran
Gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisiindividu mengalami penurunan gas baik oksigen maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru.
Pertukaran gas merupakan suatu kondisiindividu mengalami penurunan gas baik oksigen maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru.
Tanda
Klinis:
a. Dispnea pada usaha napas.
b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
c. Agitasi.
d. Lelah, letargi.
e. Meningkatnya tahanan vaskular paru.
a. Dispnea pada usaha napas.
b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
c. Agitasi.
d. Lelah, letargi.
e. Meningkatnya tahanan vaskular paru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar