Sabtu, 05 Desember 2015

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1.      Cairan intraseluler : cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh.
2.      Cairan ekstraseluler : cairan yng berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok :
-          Cairan intravaskuler (plasma) : cairan yang berada di dalam pembuluh darah.
-          Cairan intersitial : cairan yang berada diantara sel.
-          Cairan traseluler : ciran sekresi khusus (cairan serebrospinal, cairan intrakuler)

Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
1.     Difusi
Adalah perpindahan suatu zat dalam pelarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu:
-        Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partiket, semakin tinggi pula kecepatan difusi.
-        Ketenalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
-        Luas area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
-        Jarak. Semkain besar jarak antara dua konsentrasi, semankin lambat
kecepatan difusinya.
-        Suhu. Semakin tinggi suhu, semakin cepat kecepatan difusinya.

2.     Osmosis
Adalah perpindahan molekul air melalui selapt semipermiabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan osmosis, yaitu:
-        Konsentrasi solut di dalam larutan.
-        Suhu larutan.
-        Muatan listrik solut.  
-        Perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan.

3.   Transpor Aktif
Adalah proses transpor molekul yang membutuhkan energi dari dalam sel untuk melawan gradien kosentrasi. Energi yang dibutuhkan dalam transpor aktif berupa adenosin trifosfat (ATP).

4.   Filtrasi
Gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah.

INTAKE DAN OUTPUT
Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.

1.     Intake Cairan
Seorang dewasa dengan kegiatan dan suhu yang sedang, kira-kira minum 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak. Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

2.     Output Cairan
 Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
-        Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.

-        IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.

-        Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon iniberasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

-        Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

HORMON-HORMON YANG TERKAIT DENGAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1.        ADH
Keadaan kekurangan air akan menigkatkan osmolitas darah dan keadaan ini akan direspon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH akan menurunkan produksi urine dengan cara meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal.

2.      Aldosteron
Adalah suatu mineralokotikoid yang diproduksi oleh korteks adrenal. Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus ginjal mengekskresi kalium dan mengabsorpsi natrium. Akibatnya, air juga akan direabsorpsi dan sikembalikan ke volume darah. Kekurangan volume cairan, misalnya karena perdarahan atau kehilangan cairan pencernaan dapat mensekresi aldostreron kedalam darah.

3.        Glukokortikoid
Glukokortikoid mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit. Sekresi hormon glukokortikoidsecara normal tidak menyebabkan ketidakseimbangan cairan utama, namun kelebihan hormon di dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang dikenal sebagai sindrom cushing.

KESEIMBANGAN ASAM BASA TUBUH
  • Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh
  • Kadar normal ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 – 7,45)
  • Asidosis = asidemia kadar pH darah <7,35
  • Alkalemia = alkalosis kadar pH darah >7,45
  • Kadar pH darah <6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh
GANGGUAN ASAM BASA DARAH
  • Asidosis metabolik [HCO3-] dikompensasi dengan PaCO2
  • Alkalosis metabolik [HCO3-] dikompensasi dengan PaCO2
  • Asidosis respiratorik PaCO2 dikompensasi dengan [HCO3-]
  • Alkalosis respiratorik PaCO2 dikompensasi dengan [HCO3-]

Asidosis Metabolik
  • Ciri: [HCO3-] <22mEq/L dan pH <7,35 kompensasi dengan hiperventilasi PaCO2, kompensasi akhir ginjal ekskresi H+, sebagai NH4+ atau H3PO4 
  • Penyebab: Penambahan asam terfiksasi: ketoasidosis diabetik, asidosis laktat (henti jantung atau syok), overdosis aspirin Gagal ginjal mengekskresi beban asam Hilangnya HCO3- basa diare 
  • Gejala Asidosis Metabolik Tidak jelas dan asimptomatis Kardiovaskuler: disritmia, penurunan kontraksi jantung, vasodilatasi perifer dan serebral Neurologis: letargi, stupor, koma Pernafasan: hiperventilasi (Kussmal) Perubahan fungsi tulang: osteodistrofi ginjal (dewasa) dan retardasi pada anak 
  • Penatalaksanaan Asidosis Metabolik Tujuan: meningkatkan pH darah hingga ke kadar aman (7,20 hingga 7,25) dan mengobati penyakit dasar NaHCO3 dapat digunakan bila pH <7,2 atau [HCO3-] <15mEq/L 
  • Risiko NaHCO3 yang berlebihan: penekanan pusat nafas, alkalosis respiratorik, hipoksia jaringan, alkalosis metabolik, hipokalsemia, kejang, tetani Alkalosis Metabolik Ciri: [HCO3-] >26mEq/L dan pH >;7,45 kompensasi dengan hipoventilasi PaCO2, kompensasi akhir oleh ginjal ekskresi [HCO3-] yang berlebihan

Alkalosis Metabolik
  • Gejala dan tanda tidak spesifik
  • Kejang dan kelemahan otot akibat hipokalemia dan dehidrasi
  • Disritmia jantung, kelainan EKG hipokalemi
  • Parestesia, kejang otot hipokalsemia
  • Tujuan: menghilangkan penyakit dasar
  • Pemberian KCl secara IV dalam salin 0,9% (diberikan jika Cl- urine <10mEq/L) menghilangkan rangsangan aldosteron ekskresi NaHCO3 Jika Cl- urine >20mEq/L disebabkan aldosteron yang berlebihan tidak dapat diobati dengan salin IV, tapi dengan diuretik

Asidosis Respiratorik
  • Ciri: PaCO2 >45mmHg dan pH <7,35 kompensasi ginjal retensi dan peningkatan [HCO3-] 
  • Penyebab: hipoventilasi (retensi CO2), inhibisi pusat nafas (overdosis sedatif, henti jantung), penyakit dinding dada dan otot nafas (fraktur costae, miastemia gravis), gangguan pertukaran gas (COPD), obstruksi jalan nafas atas 
  • Gejala Asidosis Respiratorik Tidak spesifik Hipoksemia (dominan) asidosis respiratorik akut akibat obstruksi nafas Somnolen progresif, koma asidosis respiratorik kronis Vasodilatasi serebral meningkatkan ICV papiledema dan pusing 
  • Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik Pemulihan ventilasi yang efektif sesegera mungkin pemberian O2 dan mengobati penyebab penyakit dasar PaO2 harus ditingkatkan >60mmHg dan pH >7,2

Alkalosis Respiratorik
  • Ciri: penurunan PaCO2 <35mmHg dan peningkatan pH serum >7,45 kompensasi ginjal meningkatkan ekskresi HCO3-
  • Penyebab: hiperventilasi (tersering psikogenik karena stress dan kecemasan), hipoksemia (pneumonia, gagal jantung kongestif, hipermetabolik (demam), stroke, stadium dini keracunan aspirin, septikemia
Gejala:
  • Hiperventilasi (kadar gas, frekuensi nafas)
  • Menguap, mendesak, merasa sulit bernafas
  • Kecemasan: mulut kering, palpitasi, keletihan, telapak tangan dan kaki dingin dan berkeringat
  • Parastesia, otot berkedut, tetani
  • Vasokontriksi serebal hipoksia cerebral kepala dingin dan sulit konsentrasi
GANGGUAN KESEIMBAGAN ELEKTROLIT DAN CAIRAN 

Gangguan Keseimbangan Cairan:
1.        Dehidrasi
2.        Syok hipovolemik

Gangguan Keseimbangan Elektrolit:
1.        Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
-        Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot.
-        Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan koma.
-        Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
-        Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi
2.        Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia.
3.      Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
4.      Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
-        Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
-        Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
-        Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
-        Insufisiensi adrenal
-        Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama
-        Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.

PROSES KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT
1.     Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
-        Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
-        Kaji manifestasi klinik melalui cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh. Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya  kurang.
-        Lakukan pemeriksaan fisik, meliputi : kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability. Auskultasi bunyi /suara nafas
-        Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran.
-        Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa GasDarah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.

2.     Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
-        Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
-        Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio, ketidakseimbangan elektrolit
-        Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare,kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
-        Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan dengan anuria,penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.
-        Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan
-        Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
-        Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema

3.   Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
-        Atur intake cairan dan elektrolit
-        Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
-        Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
-        Provide care seperti : perawatan kulit,safe environment.

4.   Evaluasi/Kriteria hasil
Kriteria hasil meliputi :
-        Intake dan output dalam batas keseimbangan
-        Elektrolit serum dalam batas normal
-        Vital sign dalam batas normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar